"Adalah Gubuk reyot yang beratapkan tujuh lapis langit beralaskan tujuh lapis bumi; Adalah seorang pejalan, perlayan, dan perindu yang pendosa; I am a terrible person filled with bad characteristics; Adalah aku yang tiada, tanpa Aku; Adalah aku yang miskin, tanpa Aku; Adalah pembela Nabi Muhammad saw pecinta beliau saw dan merindukan perjumpaan dengan beliau saw "

Thursday 4 September 2014

Cobaan Tuhan: Apakah Masyarakat Jogja Istimewa?

Sosial Media atau sosmed menjadi suatu gaya hidup masyarakat luas, mulai dari golongan menengah kebawah sampai menengah keatas. Bahkan, kebebasan berekspresi sering diumbar di sosmed, dari hanya sekedar update status hingga curhat mengenai kehidupannya. Baru-baru ini masyarakat sosmed digegerkan oleh curhatan seorang penghuni sosmed yang berdampak negatif. Mengapa saya katakan berdampak nehatif? Bagaimana tidak, lha curhatan (sebut saja mbak flo) mengakibatkan reaksi dari masyarakat sosmed jogja geram dengan isi curhatannya ini. Disini saya tidak akan mengungkap curhatannya itu bagaimana, namun hanya mencoba mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. Melalui sosmed mbak flo menjadi terkenal, dengan curhatannya dia dibully habis-habisan bahkan berlebihan (kalau katakku sih). Bahkan ada LSM yang melaporkannya ke Polda DIY, dengar-dengar mbak flo ini ditahan.
Tulisan saya ini, justru ingin mengkritisi reaksi masyarakat sosmed jogja. Menurut saya, sikap masyarakat sosmed jogja tidak elegan dan dengan berani saya katakan tidak Istemewa (sebagaimana label kotanya). Yah, saya melihat ini sebagai suatu cobaan dari Tuhan untuk menguji, seIstimewa apa sih masyarakat jogja. Ketika Tuhan menggerakkan seorang hambanya untuk menyerobot antrian dan bla bla bla akhrinya sampai pada kasus saat ini. Kemudian ujian itu berlaku untuk menguji hambanya yang lain (baca: masyarakat jogja yang istimewa ini) yang cerdas dan berbudaya. Apakah benar masyarakat jogja itu istimewa, cerdas, dan berbudaya? Untuk menjawab itu kita dapat minjau dari kejadian mbak flo ini. Saya menilai justru bully terhadap mbak flo merebak, bahkan seolah mewabah bagaikan virus, berbagai caci maki dan umpatan tertuju kepada mbak flo. Sampai-sampai seolah masyarakat sosmed latah dan melu-melu mengcaci mbak flo, dengan tidak memikirkan apakah tindakan ini benar secara budaya. Bahkan sampai turun kejalan untuk mengusir dan mempidanakan mbak flo.
Ya, secara budaya saya menilai hal ini tidak tepat. Mereka tidak mengambil sikap asah asih asuh, yang merupakan budaya leluhur masyarakat jogja. Mereka justru mengambil sikap membully mbak flo. Nah ini lah point yang penting. Apakah bully itu bagian dari budaya masyarakat jogja yang istimewa ini? Kalau jawabannya iya, berarti keistimewaan masyarakat jogja tidak lulus cobaan dari Tuhan, dan perlu dipertanyakan. Kalau jawabannya tidak, ya semestinya memang bully bukan budaya dan kedewasaan sikap masyarakat jogja sudah mantap.
Selanjutnya inilah rencana Tuhan untuk menguji keistimewaan Jogja? Apakah jogja benar-benar istimewa? Atau cuma hanya sekedar label saja? Dan hikmah banyak terjadi pada kejadiannya mbak flo ini. Bagaimana seharusnya menyikapai dan seelegan atau seistimewa apa sikap kita yang ditunjukkan untuk menyikapi mbak flo? Ya, kita musti saling asah, asih, asuh. Pertama asah, mengasah pikir kita dahulu sebelum menentukan sikap yang kemudian asih, atau mengasih apa yang musti saya kasih untuk mbak flo? Baru yang terakhir adalah asuh, mengasuh atau membimbing mbak flo biar memahami nilai budaya luhur masyarakat jogja, bukan mbalah mecaci bahkan membully habis-habisan. Kalau masyarakat jogja lulus ujian ini berarti benar label bukan hanya sekedar label doang tetapi membuktikan memang benar masyarakat jogja itu cerdas, berbudaya dan Istimewa.

Jogja, gubuk tengah sawah
4 September 2014

Salam Asah Asih Asuh
Yogyakarta  Istimewa

Monday 7 April 2014

Bulan Jumadil Akhir = Bulannya Abu Bakar Ash- Shiddiq

2. Abu Bakar ash-Shiddiq, radhiya-l-Lahu`anh

Rahasia diteruskan dan mengalir dari Guru seluruh umat, Rasulullah kepada Khalifah Pertama, Imam dari semua Imam Abu Bakar ash-Shiddiq (r). Melalui beliau agama mendapat dukungan dan Kebenaran dilindungi. Allah menyebut dan memujinya di dalam banyak ayat kitab suci al-Qur’an:

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah ) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kelak Kami sediakan jalan yang mudah.” (al-Lail, 92: 5-7)

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertaqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah ) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi dia (memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.” (al-Lail, 92: 17-20)

Ibn al-Jawzi menyatakan bahwa seluruh ulama Muslim dan para Sahabat yakin bahwa ayat-ayat tersebut merujuk kepada Abu Bakar (r). Di antara orang banyak, beliau dipanggil dengan sebutan “Al-`Atiq,” artinya “yang paling saleh dan dibebaskan dari azab api neraka.”

Ketika ayat 56 Surat al-Ahzab diturunkan, yaitu bahwa, “Allah dan malaikatnya bershalawat kepada Nabi (s),” Abu Bakar (r) bertanya apakah beliau termasuk yang mendapat berkah tersebut. Kemudian ayat 43 diturunkan dan dinyatakan bahwa,

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (al-Ahzab, 33: 43)

Ibn Abi Hatim menerangkan bahwa ayat ke-46 dari Surat Ar-Rahman merujuk kepada Abu Bakar ash-Shiddiq (r),

“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua Surga.” (Ar-Rahman, 55:46)

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Wahai Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku; dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni Surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka (di dalam kehidupan ini).” (Al-Ahqaaf, 46: 15-16)

Ibn `Abbas (r) mengatakan bahwa ayat ini merupakan deskripsi tentang Abu Bakar ash-Shiddiq (r), di mana Allah memuliakan dan mengangkat kedudukannya di antara seluruh Sahabat Nabi (s). Selanjutnya Ibn `Abbas (r) juga mencatat bahwa ayat 158 dari Surat Al-Imran diturunkan dengan merujuk kepada Abu Bakar (r) dan ‘Umar (r),

“Mintalah nasihat mengenai masalah-masalah penting kepada mereka.” (Al-Imran, 3: 158)

Akhirnya, kehormatan terbesar bagi Abu Bakar (r), yaitu dalam menemani Nabi Suci (s) dalam hijrahnya dari Mekah ke Madinah ditunjukkan oleh ayat:

“Ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) beliau hanya ditemani oleh seorang Sahabat. Ketika keduanya berada di dalam gua, beliau berkata kepada Sahabatnya, "Janganlah engkau bersedih, karena sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Tawbah, 9:40)

Sebagai tambahan terhadap pujian Allah kepadanya, Abu Bakar ash-Shiddiq (r) juga menerima pujian dari Nabi Suci (s) dan para Sahabatnya. Hal ini dicatat dalam banyak riwayat hadits yang terkenal.

Nabi Suci (s) bersabda,

"Allah akan menunjukkan Keagungan-Nya kepada orang-orang dengan cara yang umum, tetapi Dia akan menunjukkannya kepada Abu Bakar (r) dengan cara yang istimewa.”

"Tidak pernah matahari terbit atau tenggelam pada seseorang selain para Nabi, lebih besar daripada Abu Bakar (r).”

“Tidak ada satu pun yang diturunkan kepadaku yang tidak kutuangkan ke dalam kalbu Abu Bakar (r).”

“Tidak ada seseorang pun di mana aku berkewajiban tetapi belum membayar utangku kecuali Abu Bakar (r), karena aku berhutang banyak kepadanya dan Allah akan menggantinya di Hari Kiamat nanti.”

“Jika aku akan mengangkat seorang Sahabat karib (khalil) selain Tuhanku, aku akan memilih Abu Bakar (r)."

"Abu Bakar (r) tidak mengunggulimu karena banyak melakukan salat atau puasa, tetapi karena rahasia yang tersimpan di dalam kalbunya.”

Bukhari meriwayatkan dari Ibn `Umar bahwa, "Di masa Nabi (s) kami tidak mengenali seseorang yang lebih tinggi daripada Abu Bakar ash-Shiddiq (r), lalu `Umar (r), dan kemudian `Utsman (r)."

Bukhari juga meriwayatkan dari Muhammad ibn al-Hanafiya (putra ‘Ali (r)) bahwa,

“Aku bertanya kepada ayahku, ‘Siapakah orang terbaik setelah Rasulullah (s)?’ Beliau menjawab, ‘Abu Bakar (r).’ Aku bertanya, ‘Siapa lagi?’ Beliau berkata, ‘Umar (r)’ Aku takut berikutnya beliau akan mengatakan ‘Utsman (r), jadi aku berkata, ‘lalu bagaimana dengan engkau sendiri?’ Beliau menjawab, ‘Aku hanya orang biasa saja.’”

Tabarani meriwayatkan melalui Mu`adz bahwa Nabi (s) bersabda,

“Aku mempunyai penglihatan spiritual di mana aku diletakkan pada salah satu sisi timbangan sementara umatku berada di sisi yang lain dan ternyata aku yang lebih berat. Kemudian Abu Bakar (r) di tempatkan pada satu sisi sementara umatku pada sisi yang lain, ternyata Abu Bakar (r) lebih berat. Kemudian ‘Umar (r) diletakkan pada satu sisi dan umatku di sisi yang lain, ternyata ‘Umar (r) lebih berat. Kemudian ‘Utsman (r) diletakkan pada satu sisi dan umatku di sisi yang lain, ternyata ‘Utsman (r) lebih berat. Kemudian timbangan itu diangkat.”

Hakim meriwayatkan bahwa `Ali (r) pernah ditanya,

“Wahai Amirul Mukminin, jelaskanlah kepada kami tentang Abu Bakar (r).” Beliau menjawab, “Beliau adalah orang yang Allah panggil dengan sebutan ash-Shiddiq di lidah Nabi (s) dan beliau adalah seorang khalif (penerus) Nabi (s). Kami menerimanya untuk agama kami dan kehidupan dunia kami.”

Banyak hadits lainnya yang menunjukkan kelebihan Abu Bakar ash-Shiddiq (r) dibandingkan Sahabat yang lain.

Abu Bakar (r) merupakan teman terbaik dan Sahabat tercinta Nabi Suci (s). Sepanjang hidupnya beliau diberkati untuk menjadi orang yang pertama dan utama, baik dalam hal keyakinan, dukungan, maupaun cinta terhadap Nabi Suci (s). Untuk itu beliau diberi kehormatan dengan gelar ash-Shiddiq, atau yang berkata benar.

Beliau adalah pria dewasa merdeka pertama yang menerima Islam dari tangan Nabi (s). Beliau tidak pernah bergabung dalam praktik penyembahan berhala yang dilakukan oleh para leluhurnya. Beliau masuk Islam tanpa ada jejak keraguan sedikit pun.

Bertahun-tahun kemudian Nabi Suci (s) mengingatkan, “Setiap kali aku menawarkan Islam kepada seseorang, orang itu selalu menunjukkan keengganan atau keraguan dan berusaha untuk masuk ke dalam suatu perdebatan. Hanya Abu Bakar (r) yang menerima Islam tanpa keraguan dan argumen apapun.”

Beliau adalah yang pertama dalam hal dukungan spiritualnya. Beliau selalu teguh dalam memberi dukungannya selama masa-masa sulit di Mekah. Beliau yang pertama berbicara ketika terjadi kejadian-kejadian di luar pemahaman akal, khususnya di antara Muslim baru, seperti halnya dalam kasus Isra’ dan Mi’raj. Kemudian di Madinah ketika perjanjian Hudaybiya ditandatangani, hanya Abu Bakar (r) yang kokoh imannya. Beliau menasihati para Sahabatnya, “Jangan bersifat kritis, tetapi berpeganglah dengan teguh dan setia kepada Nabi Suci (s).”

Beliau juga yang pertama dalam hal dukungan materi. Ketika Muslim lain memberi banyak harta untuk memperkuat keimanan mereka, Abu Bakar (r) adalah orang pertama yang memberikan seluruh harta miliknya. Ketika ditanya apa yang ditinggalkan untuk anak-anaknya, beliau menjawab, “Allah dan Nabi-Nya (s).” Mendengar hal ini ‘Umar (r) berkata, “Tidak ada yang bisa menandingi Abu Bakar (r) dalam berkhidmah kepada Islam."

Beliau adalah yang pertama dalam hal keramahan dan kasih sayang kepada sesama Mukmin. Sebagai pedagang yang sangat kaya, beliau selalu memperhatikan orang yang lemah dan miskin. Beliau membebaskan 7 orang budak sebelum meninggalkan Mekah, dan di antaranya termasuk Bilal (r). Beliau bukan hanya membelanjakan uangnya yang sangat banyak untuk membebaskan mereka tetapi beliau juga membawa mereka ke rumahnya dan mendidik mereka.

Ketika beliau menjabat sebagai khalifah, beliau berkata,

“Tolonglah aku, jika aku benar dan koreksilah aku jika aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai insya Allah, hak-haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, insya Allah, Aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya. Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dan Nabi-Nya (s), bila aku tidak mematuhi Allah dan Nabi-Nya (s), jangan patuhi aku lagi.”

Di masa-masa awal agama Islam, penafsiran mimpi dianggap sebagai praktik spiritual. Hanya orang-orang yang mempunyai kalbu yang suci dan penglihatan spiritual yang bisa mengalami mimpi yang bermakna, dan hanya mereka yang kalbunya suci dan mempunyai penglihatan spiritual yang dapat menafsirkan mimpi tersebut. Abu Bakar (r) merupakan penafsir mimpi yang terkenal. Nabi (s) sendiri hanya akan berkonsultasi dengan beliau dalam mencari kejelasan tentang mimpi kenabiannya.

Sebelum perang Uhud, Nabi Suci (s) bermimpi bahwa beliau mengembalakan hewan ternak, tetapi beberapa di antaranya telah disembelih. Pedang yang beliau pegang patah. Abu Bakar (r) menafsirkan bahwa binatang yang telah disembelih menunjukkan adanya kematian beberapa Muslim, dan pedang yang patah menandakan akan ada salah satu kerabat Nabi (s). Sayangnya kedua prediksi ini menjadi kenyataan di dalam perang Uhud.

Abu Bakar (r) juga adalah seorang penyair sebelum menjadi Muslim. Beliau dikenal dengan deklamasinya yang luar biasa dan ingatannya yang sempurna terhadap puisi yang panjang yang menjadi kebanggaan bangsa Arab. Kualitas ini menjadikan beliau menonjol dalam Islam. Bacaan Qur’annya begitu liris dan menyentuh perasaan sehingga banyak orang yang masuk Islam hanya karena mendengar bacaan beliau ketika berdoa. Orang-orang Quraisy berusaha melarang beliau berdoa di halaman rumahnya untuk menghindari agar orang-orang tidak mendengarnya.

Karena ingatannya pula, banyak Hadits penting yang sampai pada kita sekarang. Di antara Hadits-Hadits itu adalah Hadits mengenai tata-cara salat yang benar dan yang menjelaskan secara spesifik mengenai proporsi yang tepat dalam zakat. Tetapi tetap saja di antara ribuan Hadits yang telah dibuktikan kesahihannya, hanya 142 saja yang berasal dari Abu Bakar (r). Putri beliau, `A’isyah (r) menyatakan bahwa ayahnya mempunyai kitab berisi lebih dari 500 Hadits tetapi pada suatu hari beliau menghancurkannya. Ilmu yang tetap disembunyikan oleh Abu Bakar (r) adalah yang berhubungan dengan ilmu surgawi, `ilmu-l-ladunni, yang menjadi sumber bagi pengetahuan para Wali, ilmu yang hanya dapat ditransmisikan dari kalbu ke kalbu.

Meskipun pendiam dan lemah lembut, tetapi beliau adalah yang pertama di medan pertempuran. Beliau memberi dukungan kepada Nabi (s) dalam semua kampanyenya baik dengan pedang maupun dengan nasihatnya. Ketika yang lain gagal atau melarikan diri, beliau tetap berada di sisi Nabinya tercinta. Diriwayatkan bahwa suatu ketika `Ali (r) bertanya kepada para Sahabatnya siapa yang mereka anggap paling berani. Mereka menjawab bahwa `Ali (r) adalah yang paling berani. Tetapi beliau membalas, “Bukan! Abu Bakar (r) lah yang paling berani. Dalam perang Badar di mana tidak ada satu pun yang berdiri untuk menjaga Nabi Suci (s) salat, Abu Bakar (r) berdiri dengan pedangnya dan tidak membiarkan musuh datang mendekat.”

Sudah tentu beliau adalah yang pertama mengikuti Nabi Suci (s) sebagai Khalifah dan Amirul Mukminin. Beliau mendirikan Baitul Mal untuk merawat fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga yang pertama dalam menyusun seluruh al-Qur’an dan menyebutnya sebagai "Mushaf."

Dalam hal transmisi spiritual, beliau adalah orang pertama yang memberi instruksi dalam metode membaca Kalimat Suci (La ilaha ill-Allah) untuk memurnikan kalbu dengan cara berzikir, dan sampai sekarang, metode itu masih dilakukan dalam Tarekat Naqsybandi.

Meskipun Allah memuliakan Abu Bakar (r) dengan menjadikannya orang yang pertama dalam segala hal, Allah bahkan memberinya kemuliaan lebih banyak lagi ketika Dia menjadikannya sebagai orang kedua (ketika hijrah). Karena Abu Bakar (r) adalah satu-satunya Sahabat Nabi Suci (s) dalam hijrahnya dari Mekah ke Madinah. Mungkin sebutan akrab baginya adalah "yang kedua di antara berdua ketika mereka berada dalam gua," seperti yang telah disebutkan di dalam Surat 9:40. `Umar (r) berkata, “Aku berharap suatu hari nanti, seluruh amal dalam hidupku akan setara dengan amalnya pada satu hari itu.”

Ibn `Abbas (r) berkata bahwa pada suatu hari Nabi (s) jatuh sakit. Beliau pergi ke masjid dengan kepala yang ditutupi sehelai kain. Beliau duduk di mimbar, dan berkata, “Jika Aku harus mengangkat seseorang sebagai teman akrabku (khalil), Aku akan memilih Abu Bakar (r), tetapi teman terbaik bagiku adalah persahabatan dalam Islam.” Kemudian beliau (s) memerintahkan agar semua pintu rumah di sekitar masjid yang terbuka ke arah masjid Nabawi agar ditutup kecuali pintu milik Abu Bakar (r). Dan pintu itu tetap terbuka sampai hari ini.

Keempat Imam dan para Syekh Tarekat Naqsybandiyya memahami dari Hadits tersebut bahwa seseorang yang mendekati Allah melalui ajaran dan teladan Abu Bakar (r) akan mendapati dirinya melewati satu-satunya pintu yang tetap terbuka ke Hadirat Rasulullah (s).

Dari Kata-katanya

“Tidak ada pembicaraan yang baik jika tidak diarahkan untuk memperoleh rida Allah. Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah tidak akan rida kepadanya selama ia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”

“Kita menemukan kedermawanan di dalam Taqwa, kekayaan di dalam Yaqin, dan kemuliaan di dalam kerendahan hati.”

“Waspadalah terhadap kesombongan sebab kau akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”

Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdoa kepada Allah dan berkata,

“Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, ampunilah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan aku menanggung apa yang mereka katakan.”

“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatbaiklah kepada hamba-hamba-Nya.”

Suatu hari beliau memanggil `Umar (r) dan menasihatinya sampai `Umar (r) menangis. Abu Bakar (r) berkata kepadanya,

“Jika engkau memegang nasihatku, kau akan selamat, dan nasihatku adalah ‘Harapkanlah selalu kematian dan hidup sesuai dengannya.’”

“Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat ilmu mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidakberdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu.”

Abu Bakar (r) berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin (seperti halnya Nabi (s)) antara Maghrib dan ‘Isya pada tanggal 22 Jumadil Akhir, 13 AH. Semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian. Nabi Suci (s) pernah berkata kepadanya, “Abu Bakar (r), kau akan menjadi yang pertama di antara umatku yang masuk Surga.”

Rahasia Nabi (s) diteruskan dari Abu Bakar (r) kepada penerusnya, Salman al-Farsi (r).

Biografi Detail dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq (r)

http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/abu-bakr-as-siddiq-radiya-l-lahuanh/

Sunday 16 March 2014

Menuju Umur ke-40

22 tahun hidup didunia belum khatam hafal al Qur`an, belum bisa baca kitab Semesta Alam, belum menginjakkan kaki di Tanah Suci, belum sempurna misi dan visi hidupnya, oh Allah, oh Lord, oh light of existence, oh Muhammad `alayhisalam, oh guru sejati, oh sedulurku, oh leluhurku, oh semesta alam, ijinkan dan dukung kami menjalani sisa hidup 18 th kedepan dengan kesempurnaan hidup yang hakiki, Amin

Wednesday 12 March 2014

Rutinan Ratib AlHadad 169 Al-Khaerat

Yogyakarta, sebuah tempat yang nyaman dan tentram. Akan tetapi, diluar kota Yogja memandang kota ini sebelah mata, khususnya mengenai Ahlusunah Wal Jamaah atau disingkat ASWAJA. Banyak pemuda-pemudanya yang terbawa arus akhidah wahabi dan sebagainya. Padahal mereka belum tahu kondisi Yogyakarta sebenarnya. Ada juga yang menJustice banyak kemaksiatan di Yogyakarta dan lain sebagainya.
Kalau tahu sejatinya, Yogyakarta adalah kota penuh misteri salah satunya yaitu Budaya Jawa, serta pecinta Baginda Nabi (saw). Jawa memiliki kata asli dari Ha dan Wa, atau HU dan WA, yang kalau dikaji menggunaka gramatical bahasa Arab tentu kata itu menuju ke Gusti Allah swt. Serta pecinta Baginda Nabi Muhammad saw, yang mana dahulu pernah dicertakan oleh orang tua dan simbah kita, tentang Baginda Muhammad saw, dan tidak jauh dari itu simbah-simbah kita banyak juga menceriakan riwayat tentang Baginda `Ali kwj.
Serta bukti Autentiknya lagi yaitu melalui video dibawah ini, yang mana dari berbagai macam latar belakang pemuda berkumpul menharapkan cinta dari Baginda Nabi Muhammad saw, dengan perantara Ratib Al Hadad.