"Adalah Gubuk reyot yang beratapkan tujuh lapis langit beralaskan tujuh lapis bumi; Adalah seorang pejalan, perlayan, dan perindu yang pendosa; I am a terrible person filled with bad characteristics; Adalah aku yang tiada, tanpa Aku; Adalah aku yang miskin, tanpa Aku; Adalah pembela Nabi Muhammad saw pecinta beliau saw dan merindukan perjumpaan dengan beliau saw "

Tuesday 8 November 2011

Refleksi dan Refraksi Hari Raya Besar


Saya sebenarnya merasa risih dengan orang yang merasa dirinya itu benar, dikala dua perbedaan pandangan padahal satu tujuan dan satu jalan. Yah, NU dan Muhammadiyah, jujur saya sejak kecil dibesarkan dan dididik dalam ke-Muhammadiyah-an. Baik akhlak dan tauhid oleh orang tua saya dan kakek saya mengajarkan banyak hal tentnag itu, semuanya sama ketika saya kecil hidup dan keseharian di lingkungan NU, dan semuanya itu saling relevan sama. Dan dulu itu terasa lebih indah berada di lingkungan keduanya. Akan tetapi, saya telah merasakan langsung ketika beranjak remaja, yang mana saat ini keadaan saling mempertebal perbedaan diantara keduanya (NU dan Muhammadiyah) dan saling menonjolkan satu sama lain. Saya pernah mendengar langsung ‘seseorang’ yang mengatakan kalau Muhammadiyah itu ‘begini, begini, begitu, atau, begitu, begitu, begini’ langsung didepan muka saya. 


Spontan hati saya tersentak mendengarnya, yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah diam dan melanjutkan mendengarkan seolah tak pernah mendengar kalimat-kalimat itu. Baru saya memberanikan diri untuk menulis kejadian itu dalam note-saya, sampai akhirnya saya postingkan dalam blog saya ini. Bukan bermaksud apa-apa tetapi hanya mengabarkan bahwa sebenarnya dan setulusnya NU dan Muhammadiyah itu sama persis dalam satu tujuan dan satu jalan, sama-sama bermadzhab wali songo yang mana menuju Khilafah dengan Tarbiyah. Apalagi sama-sama Islamnya, sama-sama Tuhanya, Allah swt, sama-sama nabinya sayidina Muhammad saw, sama-sama syahadatnya, sholatnya. Apa yang musti di pertebal perbedaannya??. Saya berani mengatakan, maaf, hanya orang bodoh  yang membedakan keduanya. Saya ingin merasakan hidup ditengah-tengah keduanya deperti halnya dulu waktu saya kecil, indah rasanya dan penuh kedamaian.

Refleksi dan refraksi Hari Raya Besar, 1432H
Gubuk sederhana di Yogyakarta, 8 November 2011

Agung Prastowo