"Adalah Gubuk reyot yang beratapkan tujuh lapis langit beralaskan tujuh lapis bumi; Adalah seorang pejalan, perlayan, dan perindu yang pendosa; I am a terrible person filled with bad characteristics; Adalah aku yang tiada, tanpa Aku; Adalah aku yang miskin, tanpa Aku; Adalah pembela Nabi Muhammad saw pecinta beliau saw dan merindukan perjumpaan dengan beliau saw "

Thursday 6 October 2011

Replika Hidup dan Kehidupan


Oktober di hari yang kelima, menjalani dan menikmati perjalanannya sang waktu yang menyeret kita pada hari tanpa suara. Ketika malam tanpa cahaya dan siang gelap gulita hadir dalam kehidupan kita. Hidup berbeda rasa berbeda cara, memandang langit, menengadah dalam hidup yang selalu berputar adalah hukum alam yang menjadi pengadil atas kehendak Sang Maha Pengadil, dimana keadilan diatas keadilan adalah sebuah rahasia. Aku berbicara tentang kita, hidup dan segalanya. Tentang bagaimana cara berhidup dan menghidupi segalanya yang hidup. Baik yang hidup dalam mati, maupun yang mati daam hidup adalah sebuah hakekak untuk memahami itu semua, bukan hanya sekedar syareat dan tarekat, namum lebih tinggi lagi, sedang syareat dan tarekat adalah bekalnya berhakekat.  Adapun makrifat adalah tingkatan diatas tingkatan, sebuah pengetahuan diatas segala pengetahuan, inti dari segala inti hidup. Replika hidup telah terukir indah tercatat dalam kalam suci, terbukukan menawan tiada tandingan tercatat dalam sejarah alam semesta maupun alam manusia. Seorang manusia pilihan langsung oleh Tuhan, Muhammad, kesejahteraan serta kedamaian, sholawat serta salam selalu mengalir mengucur deras melebihi derasnya hujan, berjalan melebihi kecepatan cahaya bulan, dan keindahannya melebihi keindahan di langit dan di bumi. Adalah dia manusia yang membawa lentera hati, pelita jiwa yang mengukir indah replika, yang melukis indah jalan para pejalan menuju Tuhan, yang menuntun semua ciptaaan, yang menari dengan tarian surga, yang berseni bernilai etika dan estetika yang sempurna, yang berbudi dan berakhlak mulia, yang bejiwa suci dan luas jankauannya, yang memberi dengan cinta, yang cintanya tak kan penah terbalaskan oleh umatnya, masih banyak yang-yang –yang lainya yang tak terjangkau oleh alam pikiranku.
                                                                                     Solo, 5 Oktober 2011
                                                                                     Agung Prastowo