Saya sebenarnya merasa risih dengan orang yang merasa
dirinya itu benar, dikala dua perbedaan pandangan padahal satu tujuan dan satu
jalan. Yah, NU dan Muhammadiyah, jujur saya sejak kecil dibesarkan dan dididik
dalam ke-Muhammadiyah-an. Baik akhlak dan tauhid oleh orang tua saya dan kakek saya mengajarkan banyak hal tentnag itu, semuanya sama ketika saya kecil
hidup dan keseharian di lingkungan NU, dan semuanya itu saling relevan sama. Dan
dulu itu terasa lebih indah berada di lingkungan keduanya. Akan tetapi, saya
telah merasakan langsung ketika beranjak remaja, yang mana saat ini keadaan saling
mempertebal perbedaan diantara keduanya (NU dan Muhammadiyah) dan saling
menonjolkan satu sama lain. Saya pernah mendengar langsung ‘seseorang’ yang
mengatakan kalau Muhammadiyah itu ‘begini, begini, begitu, atau, begitu, begitu,
begini’ langsung didepan muka saya.
Spontan hati saya tersentak mendengarnya, yang bisa saya
lakukan saat itu hanyalah diam dan melanjutkan mendengarkan seolah tak pernah mendengar
kalimat-kalimat itu. Baru saya memberanikan diri untuk menulis kejadian itu
dalam note-saya, sampai akhirnya saya postingkan dalam blog saya ini. Bukan bermaksud
apa-apa tetapi hanya mengabarkan bahwa sebenarnya dan setulusnya NU dan Muhammadiyah
itu sama persis dalam satu tujuan dan satu jalan, sama-sama bermadzhab
wali songo yang mana menuju Khilafah dengan Tarbiyah. Apalagi sama-sama
Islamnya, sama-sama Tuhanya, Allah swt, sama-sama nabinya sayidina Muhammad saw,
sama-sama syahadatnya, sholatnya. Apa yang musti di pertebal perbedaannya??. Saya
berani mengatakan, maaf, hanya orang bodoh yang membedakan keduanya. Saya ingin merasakan
hidup ditengah-tengah keduanya deperti halnya dulu waktu saya kecil, indah
rasanya dan penuh kedamaian.
Refleksi
dan refraksi Hari Raya Besar, 1432H
Gubuk
sederhana di Yogyakarta, 8 November 2011
Agung
Prastowo
No comments:
Post a Comment