Oktober di hari yang kelima,
menjalani dan menikmati perjalanannya sang waktu yang menyeret kita pada hari
tanpa suara. Ketika malam tanpa cahaya dan siang gelap gulita hadir dalam
kehidupan kita. Hidup berbeda rasa berbeda cara, memandang langit, menengadah
dalam hidup yang selalu berputar adalah hukum alam yang menjadi pengadil atas
kehendak Sang Maha Pengadil, dimana keadilan diatas keadilan adalah sebuah
rahasia. Aku berbicara tentang kita, hidup dan segalanya. Tentang bagaimana
cara berhidup dan menghidupi segalanya yang hidup. Baik yang hidup dalam mati,
maupun yang mati daam hidup adalah sebuah hakekak untuk memahami itu semua,
bukan hanya sekedar syareat dan tarekat, namum lebih tinggi lagi, sedang
syareat dan tarekat adalah bekalnya berhakekat.
Adapun makrifat adalah tingkatan diatas tingkatan, sebuah pengetahuan
diatas segala pengetahuan, inti dari segala inti hidup. Replika hidup telah
terukir indah tercatat dalam kalam suci, terbukukan menawan tiada tandingan
tercatat dalam sejarah alam semesta maupun alam manusia. Seorang manusia
pilihan langsung oleh Tuhan, Muhammad, kesejahteraan serta kedamaian, sholawat
serta salam selalu mengalir mengucur deras melebihi derasnya hujan, berjalan
melebihi kecepatan cahaya bulan, dan keindahannya melebihi keindahan di langit
dan di bumi. Adalah dia manusia yang membawa lentera hati, pelita jiwa yang
mengukir indah replika, yang melukis indah jalan para pejalan menuju Tuhan,
yang menuntun semua ciptaaan, yang menari dengan tarian surga, yang berseni
bernilai etika dan estetika yang sempurna, yang berbudi dan berakhlak mulia,
yang bejiwa suci dan luas jankauannya, yang memberi dengan cinta, yang cintanya
tak kan penah terbalaskan oleh umatnya, masih banyak yang-yang –yang lainya
yang tak terjangkau oleh alam pikiranku.
Solo, 5
Oktober 2011Agung Prastowo
No comments:
Post a Comment